Kamar Sastra Langit

kepengen sofware yang mempercepat copyan kamu? NIH!, aku mau share tera copy yang banyak digunakan untuk mempercepat copy file/dokumen...

tak perlu basa-basilah, kalau mau download softwarenya, silahkan klik di sini

sekian dulu postingan kali ini,  makasih :)

Read More …

Tanggapan Tentang Perubahan dari Masa Orde Baru Menuju Reformasi dan Perbandingan di Masa Sekarang oleh : RaniansyahMenanggapi mengenai perubahan dari masa orde Baru menuju reformasi dan perbandingan masa sekarang, saya pribadi menilai bahwa belum cukup banyak perubahan yang dilakukan oleh negeri ini dalam rangka mewujudkan negara yang benar-benar merdeka. Melihat alasan perubahan orde baru menuju reformasi justru kembali terjadi di jaman reformasi sekarang.
Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya orde baru sampai sekarang masih beranak-pinak bahkan menjadi penyangga eksistensi republik ini. Entah apa dan entah mengapa? Yang lebih parah lagi, kita sering menyaksikan justru lembaga peradilan seperti kejaksaan dan POLRI yang semestinya menangani dan mengatasi masalah korupsi justru ada yang terlibat kasus suap yang notabene termasuk dalam tindak pidana korupsi.Kode etik pers dan perlindungan terhadap Jurnalis, hal ini lahir dan mulai dikembangkan pada masa Reformasi, namun justru kenyataan pada masa sekarang, masih banyak yang melakukan kekerasan terhadap wartawan serta pelarangan peliputan berita dan tidak hanya itu, masih banyak diantara wartawan yang hanya bermodalkan kartu tanda pengenal sebagai wartawan, memeras anggota masyarakat padahal hal ini jelas melanggar kode etik serta beberapa pelanggaran kode etik pers yang lain.HAM dikesampingkan juga masih sering terjadi di negeri ini, padahal reformasi diciptakan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi di masa orde baru. Peradilan yang tidak adil menjadi bukti bobroknya hukum kita dan jelas melanggar sila ke-2 dan ke-5 Pancasila yang menjadi asas kita.Neoliberalisme…, entah mengapa, sepertinya negara kita menganut hal ini, dilihat dari menjamurnya toko-toko swalayan dan minimarket yang tentu mematikan usaha rakyat kecil. Dalam hal ini, berarti jelas pemilik modal yang besar akan sangat diuntungkan dan yang bermodal minim tentu akan terpuruk.            Konflik antar daerah, suku, ras dan agama juga kini terjadi di masa reformasi ini, demokrasi yang kebablasan seperti demonstrasi rusuh juga telah menjamur di negeri tercinta ini. Hampir tak ada lagi celah untuk menemukan keberhasilan reformasi membawa Indonesia menuju arah yang lebih baik.Itulah alasan saya mengatakan bahwa Reformasi di masa sekarang belum cukup banyak berubah sejak awal dibentuknya bahkan berulang kali mengulang kesalahan yang telah dilakukan sejak masa orde lama. Sehingga kita sebagai bangsa Indonesia harus bahu-membahu untuk memperbaiki Indonesia menuju arah yang lebih baik di Masa Reformasi ini, karena sungguh memiriskan apabila masa Reformasi justru bernasib serupa dengan orde baru.
 Raniansyah, XII Ibnu Khaldun

SMAN 2 Pangkajene


Read More …


Wanted
Pada suatu  malam yaitu sabtu malam, aku berkunjung ke lokasi pelaksanaan salah satu kompetisi bergengsi di tingkat kabupaten yaitu “English camp” yang memang telah menjadi rutinitas setiap tahunnya. Kegiatan itu dilaksanakan oleh satu satu universitas di daerahku. Satnite-ku malam itu kulalui dengan santai sebelum sesuatu yang tak terduga terjadi kepada kami semua
Malam itu………
Selang beberapa waktu setelah tiba di lokasi, para peserta dikumpulkan di depan panggung, pusat tempat dilangsungkannya acara. Dan akupun ikut melaksanakan tanggung jawabku sebagai penonton yaitu menonton. Beberapa waktu kemudian, tiba-tiba seorang pria berbadan besar-tinggi-brewokan plus hitam datang membawa sebuah tas mencurigakan dan sebuah ember yang kemungkinan berisi bom, orang itu langsung menengah di depan panggung dan merebut mic dari panitia. Kami semua kaget, kami berfikir bahwa ia adalah teroris, kami tak tahu akan berbuat apa lagi, karena mungkin kami akan dijadikan sandranya. Tiba-tibaaa…..
“wanted……” teriak pemuda itu
Kami semakin kaget, mata melongo, mulut menganga, sangaaaaaaaaaaat kaget….kami gemetar.
          “aaaaaaahh….aasjdh..ahah.aaaaaaaa.a.a.a……..a” teriak para peserta.
 suasana didepan panggung mendadak horor plus panik
 Tibaa….tibaa
          “wanted……wanted…..cap piring…cap piring….” Pria itu melanjutkan dengan suara mirip banci….
Astagaa….ternyata cuman tukang wantes. hmmm….salah juga sih dianya, ketika ditanya kenapa bilang “wanted”, dengan polos dia menjawab “ini kan acara bahasa inggris…”
GubrakkkkkKKK…
.sayangnya setelah teman-teman tertawa membaca ini, aku hanya mampu berkata “cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan, nama, tokoh, karakter dan tempat kejadian, itu hanya sebuah kebetulan dan tidak ada unsur kesengajaan” #korban sinetron…..haha



Read More …


Aturan Tanpa Makna
oleh : Raniansyah
Tak habis pikir, kejujuran seperti telur diujung tanduk. Sangat rentan untuk pecah dan jatuh dalam jurang dusta, yah! tentunya dilakukan oleh pendusta. Dusta setaknya telah menjadi penopang eksistensi republik ini. Bukankah koruptor adalah pendusta? bukankah pelanggar adalah pandusta? Yah!, bahkan yang lebih bodoh lagi, ada orang yang mendustai dirinya sendiri. Hmm!, bukankah negara ini sekarang telah dipenuhi oleh mereka (para pendusta), akibatnya aturan yang diciptakan untuk dipatuhi, kini diciptakan untuk dilanggar. Negeri kita kini telah dihuni oleh jutaan orang yang pasti telah berdusta dan inti dari sebuah dusta itu adalah pelanggaran aturan.
Akhir-akhir ini penikmat berita tentu tahu berita korupsi Simulator SIM di Korps Lalu-lintas Mabes Polri yang menyeret dua petinggi Polri. Berikutnya siapa yang tak tahu berita “Dahlan Iskan (Kementrian BUMN) Vs DPR” yang juga mnyangkut masalah korupsi, dan yang terbaru adalah rekomendasi Pemecatan Hakim Agung Yamani oleh Komisi Yudisial (KY) karena kelalaian menuliskan vonis untuk gembong narkoba  menunjukkan adanya permainan mafia peradilan. Berita-berita tersebut menjadi berita paling popular terdengar di telinga kita dan singgah di pelupuk mata kita,  karena hampir semua pers memberitakan hal tersebut. Bukankah hal diatas menjadi bukti bobroknya aturan kita? Bukankah hal diatas cukup menjadi bukti betapa krisisnya kita dalam hal kepatuhan. Pertanyaan besar untuk permasalahan tersebut adalah jika lembaga/orang yang seharusnya berada  pada barisan paling depan dalam menegakkan aturan dan membela kebenaran telah melanggar, bagaimana dengan yang bukan lembaga/orang yang tugasnya bukan penegak hukum.
***
 Rabu, 7 November 2012, Saya dan beberapa orang teman ikut untuk menyaksikan kompetisi Sains yang diadakan tingkat kabupaten oleh salah satu lembaga bimbingan belajar (mohon maaf, nama lembaga dirahasiakan) yang di sponsori oleh salah satu perusahaan. Kebetulan dalam kompetisi ini, 13 dari 16 semi finalis berasal dari sekolah saya, SMAN 2 Pangkajene(SMADA). Hmm.. tahun ini kami mengikuti kompetisi sains ini dengan perasaan yang tak tenang, betapa tak? Sekolah kami telah meraih piala bergilir selama 2 kali berturut-turut, dan apabila tahun ini kembali berhasil maka piala tersebut akan menjadi piala tetap. Perasaan ini semakin tak tenang kala ada salah satu dari panitia lomba tak sengaja melontarkan kalimat “kalau saya ada, dipastikan tahun ini SMADA tak bakal dapat juara,” kepada salah seorang Guru SMAN 2 Pangkajene. Akhirnya hari itu dewan guru memutuskan untuk meminta transparansi dari pihak panitia mengenai hasil pemeriksaan dan meminta agar dewan guru dapat melihat proses pemeriksaan. Namun anehnya, entah mengapa panitia sepertinya menolak dengan alasan yang sungguh tak masuk akal. Kepala sekolah saya sempat berpesan jika memang tak bisa transparan lebih kami kembali ke sekolah dan tak ikut lomba.
            Miris, sangat memiriskan hati, akhirnya kami meninggalkan auditorium perusahaan yang menjadi sponsor, untuk kembali ke sekolah. Namun ternyata pihak guru menemui pihak perusahaan sponsor kegiatan ini dan diadakanlah perbincangan dan kesepakatan antara pihak lembaga bimbingan belajar dengan pihak sekolahku. Senyum yang sebelumnya begitu indah terpancar diantara wajah teman-teman para peserta kini berubah jadi suasana tegang. Satu kalimat yang tak mungkin saya lupakan. Entah apa yang dipikirkannya? entah dia waras atau sudah gila? Salah seorang panitia lomba datang memotong penjelasan guru saya dan berkata “Di Indonesia sekarang pak, sudah tak ada kejujuran!, di sekolah juga begitu!,” katanya dengan wajah emosi sambil menunjuk-nunjuk guruku. Hah?, jika di Indonesia sekarang memang tak ada kejujuran, apakah pada lomba ini juga demikian? Haha!, bukankah itu adalah sebuah pengakuan otomatis bahwa memang ada kecurangan dalam kompetisi ini.
***
            Hari itu akhirnya niat kami untuk pulang dibatalkan karena telah ada kesepakatan yang setaknya adil untuk kedua belah pihak. Tapi ada satu hal lagi yang mencurigakan bagi saya. Ada persyaratan yang terletak paling bawah yang ditampilkan melalui slide show yang jelas mengundang tanda tanya besar. “Keputusan panitia tak dapat diganggu gugat,“. pertanyaannya, mengapa hanya peraturan ini yang dicetak tebal dan bergaris bawah? sementara bukankah peraturan yang lain seharusnya sama?. Ini seolah terjadi penekanan yang menurut saya kelewat batas. Kalau panitia selalu ingin berlindung pada aturan ini? Maka dimana lagi pelajar Indonesia mampu menemukan kompetisi yang sehat? Dengan aturan ini, berarti panitia bisa menentukan keputusan semaunya walau tanpa kewajaran karena tak dapat diganggu gugat. Bukankah seharusnya keputusan yang mutlak tak dapat diganggu-gugat hanya keputusan Tuhan? Kompetisi yang seharusnya mendidik justru membuat pelajar kita semakin terpuruk. Aturan aturan seperti ini patut dikategorikan aturan tanpa makna.
            Cerita diatas adalah sesuatu yang wajar, bukankah beberapa aturan di Indonesia katanya diciptakan untuk dilanggar? Katanya, apa gunanya aturan kalau tak dilanggar?.  Zebra cross, kini hanya hiasan hitam-putih di jalanan, toh banyak orang menyeberang sembarangan. Hal ini mengingatkan saya dengan sebuah esai Asdar Muis RMS dalam bukunya “Tuhan Masih Pidato”, ada sebuah esai di dalam buku tersebut yang isinya tentang orang Asing yang kesulitan menyeberang dan mondar-mandir di jalan yang sama karena tak menemukan Zebra Cross untuk menyeberanng, ia tak tahu kalau di Indonesia, orang boleh menyeberang sembarangan walau tanpa Zebra Cross. Tanda Larangan Parkir…toh kita sering melihat kendaraan parkir dibawah tanda-tanda larangan tersebut. Yah!, itu aturan yang sungguh tak bermakna, katanya…, lampu kendaraan juga harus dinyalakan di siang hari, tapi ketika saya nyalakan lampu motor siang hari, secara bergantian orang di jalan menegur “eh…lampu motormu menyala,”. Saya semakin bingung, sebenarnya siapa yang salah sih? Saya atau si penegur yang tak mengerti aturan? toh banyak juga aparat kepolisian yang tak menyalakan lampu motornya di siang hari. Mengenai aturan penggunaan Surat Izin Mengendara (SIM), siapa yang bisa menjamin bahwa semua aparat kepolisian mengantongi SIM saat berkendara? Haha, tak ada!, sepertinya aturan kita memang ada untuk dilanggar.

             Hal diatas masih secuil dari kebohongan-kebohongan dan dusta aturan kita. Aturan kita seperti fatamorgana, terlihat dari jauh namun ketika mendekat, sama sekali tak ada. Memiriskan hati bukan?.  Hmm!, yang lebih memprihatinkan adalah saat prinsip kesuksesan digunakan untuk melanggar, misalnya “kalau bukan saya, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?” prinsip yang seharusnya digunakan untuk motivasi sukses justru digunakan untuk melanggar. Katanya, ”kalau bukan saya yang melanggar, siapa lagi? Dan kalau tak sekarang saya melanggar yah kapan lagi,?”. Apa jadinya negeri ini?
            Di pertengahan bulan November 2012, saya dan beberapa orang teman sempat memperdebatkan beberapa aturan sekolah yang dianggap memiliki pro-kontra.  Saya kebetulan waktu itu membela peraturan agar tak dilanggar, tapi satu kalimat yang masih saya ingat diutarakan seorang teman (maaf!, nama tak disebutkan) yaitu  “aturan itu memiliki dua fungsi, yang pertama untuk dipatuhi dan yang kedua untuk dilanggar,” itu katanya, saya hanya  terdiam namun saya tak mengalah karena menurut saya aturan itu ada agar tak ada yang melanggar dan aturan itu ada berdasar pada latar belakang masalah yang bertentangan dengan ideologi kita yaitu pancasila yang terbagi lagi dalam beberapa aturan pokok dan dasar. Tapi itu hanya menurut pendapat saya, lalu benarkah yang dikatakan oleh rekan saya itu bahwa aturan itu memang ada untuk dilanggar? Tapi kok malah saya merasa kalau justru kebanyakan yang melanggar daripada yang mematuhi?,
***
Ada lagi yang mengundang perhatian dan rasa penasaran saya untuk bertanya, mengapa sampai sekarang perokok semakin banyak bahkan menjamur di kalangan pelajar? padahal dalam kemasan rokok pasti ada tulisan “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”. Hmm, jika diperhatikan secara mendalam, tulisan tersebut kini hanya kiasan dan hiasan belaka, toh tak ada yang peduli. Bahkan mungkin jika seandainya kemasan rokok hanya dipenuhi tulisan itu maka perokok masih akan tetap merokok. Itu karena tulisan itu ada tanpa perhatian dari penikmatnya.
Selasa 10 Juli 2012, saat berada di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta,  sembari menunggu keberangkatan pesawat ke Batam, saya duduk di koridor-koridor dekat ruang tunggu sambil melihat orang yang lalu-lalang, seketika perhatian saya tertuju pada seorang ibu yang merokok di depan  saya, anaknya yang berumur sekitar 5 tahun terus merengek di depannya tapi ia tetap merokok, sungguh ia contoh ibu yang buruk, ia telah menjadikan seoarang anak berumur 5 tahun menjadi perokok pasif dan itu adalah anaknya sendiri, saya hanya bisa menggeleng sambil menutup hidung dan mulut saya. Yang lebih parah lagi, pada tiang dekat tempat ia duduk, terdapat tulisan larangan merokok di area itu, apalagi telah disediakan ruangan khusus untuk merokok, tapi masih juga melanggar. Memang sih! waktu itu tak ada petugas bandara yang menegur namun bukankah aturan itu diciptakan untuk dipatuhi walau tanpa pengawasan? ataukah memang aturan kita itu secara nyata dan pasti ada untuk dilanggar? Entahlah! Tapi seharusnya semua orang peduli dengan krisis kepatuhan ini. Siapa sebenarnya yang bodoh dan gila?  banyak aturan yang sebenarnya menguntungkan dan hendak menyelamatkan kita, namun entah mengapa banyak yang melanggar. Itu kenyataan pahit negeri ini yang harus kita terima. Bahkan saya sempat berpikir jika kita ingian menulisakan semua masalah pelanggaran aturan manusia negeri ini dalam sebuah buku, maka beribu-ribu halaman tak bakal cukup untuk menuliskan semua masalahnya sejak negeri ini lahir. Sebagai mahluk yang menghargai sejarah sudah sepatutnya kita menengok ke belakang dan bercermin pada sejarah, apa yang perlu kita saksikan? Mengapa orde lama berubah menjadi orde baru? Lalu mengapa akhirnya orde baru mengalami keruntuhan lalu lahirlah reformasi? Lalu masihkah kita ingin melihat perubahan orde hanya karena masalah dan ulah yang kita lakukan, tidakkah pelanggar sama dengan binatang yang sungguh tak mengerti menempatkan aturan?.
***
Cukup hal ini menjadi pelajaran buat kita sekalian, saya sempat berpikir,  kalaupun kita salah satu tersangka pelanggar maka semoga kita cepat sadar untuk setidaknya mengurangi sedikit demi sedikit dari krisis kepatuhan itu, jangan sampai aturan-aturan yang ada di negeri ini hanya hiasan dinding, kiasan, fana, dan tak pernah bermakna!, mari kita kembali merenung, jika setiap orang membuang sampah sekecil kemasan permen, itupun akan menutup bumi ini dengan sampah, lalu analogikan hal tersebut dalam pelanggaran aturan, jika setiap orang melanggar aturan sekecil apapun itu maka berapa besar makna kepatuhan yang lenyap ditelan dusta. Bahkan masih lebih deras dari derasnya Amazon dan bahkan lebih tinggi dari tingginya puncak Himalaya. Hmm…kita adalah ttik perubahan dan setiap manusia harus berusaha menjadi titik. Bukankah kumpulan titik-titik itu akan membentuk garis dan itu berarti dengan menjadi salah satu titik patuh aturan maka secara otomatis kita telah membantu lahir dan berkembangnya era kepatuhan. Yah!..tentunya era para orang jujur dan masa punahnya pendusta. Kita harus mematuhi aturan walau tanpa pengawasan. Jika orang lain tak mampu kita pengaruhi untuk patuh aturan maka sepantasnya diri sendiri menjadi awal untuk berubah. Kita hanya punya dua pilihan, melihat Indonesia musnah karena pendusta yang tak mengerti aturan atau melihat Indonesia maju karena kita menjadi salah satu bagian dari orang jujur yang patuh aturan. Semoga para pelanggar sadar.hmm*
 Pangkep, 17 November 2012


Read More …


  Surat Kecil dari yang Terluka
karya : Raniansyah
Untukmu wahai petinggi negeri
untukmu wahai elite politik
untukmu wahai wakil rakyat
lihatlah anak-anak di sana
berjalan menjajakan korannya
mengetuk setiap pintu mobil.
lihat pula di sana
menengadah dengan kaleng kosongnya
menunggu yang lewat kan mengasihi
Wahai yang duduk di kuris mewah
lihat kami kini berambut kusam
tatap wajah kami, kini pucat
pandang tubuh ini tak berdaging
tinggal tulang-tulang lemah
tanpa daya tanpa arti.
Perut kami semakin perih
sakit….ahhh…..sakit
lihat kaki kami kini terluka
oleh tajamnya kerikil kehidupan
telanjang tak beralas
Wahai  yang bermobil mewah
lihat badan yang kini berdebu
yang kini menggigil tanpa pakaian
lihatlah gubuk-gubuk kami
kini musnah tersapu angin…
apakah kalian peduli kami ?
Wahai engkau yang bahagia di sana
lihatlah kami di sini terluka
terluka dari luka yang paling luka

wahai yang berpakaian rapi di sana
yang berpidato disaksikan banyak orang
yang disanjung, yang dihormati
duduk di atas jabatan keagunganmu
pandang kami,….lihat anak-anak kami
kini mengais makanan dari tong sampah
lihat mereka jijik kepada kami
mereka menertawakan kami,,,ha,,ha..ha
Saat luka-luka gores tubuh kami
darah ini mengalir
rasa sakit ini tak tertahan…ah….sangat sakit
tapi apa peduli mereka?
mereka hanya diam, melongo…lalu?
mereka pergi
tak pernah ada yang peduli




Kami terluka….sangat luka
luka dari luka paling luka
kadang kami dianggap sampah
selalu kami dianggap seperti binatang
bahkan kami seolah bukan manusia lagi
sering kami dianggap tak ada….tak pernah  ada.
Tolong….tolong,,,,
peduli kami….kasihani kami
atau kami harus mati
karena kejamnya dunia
oleh remukan nasib yang begitusakit
oleh tatapan sinis manusia tak berhati
atau kami harus berkalang tanah
tak ditatap, tak dihiraukan
tanpa daya tanpa arti.
Surat kecilku kupersembahkan untukmu
kuingin kau peduli
kumau kau mampu menatap kami
kuberharap….terus berharap
walau kutahu, takkan ada yang peduli
walau kutahu akhirnya, semua kan tega padaku
walau akhirnya kuharus terbujur
terbaring dengan tubuhku yang kumal
terkapar dengan tubuhku yang luka
tanpa daya…tanpa arti….


Read More …



Teks Pidato “Bahaya Narkoba”
Assalamu’alaikum wr.wb
Yang terhormat ketua Gabungan Organisasi Wanita kab.Pangkep
yang saya hormati bapak/ibu dewan juri
yang saya hormati panitia pelaksana
hadirin yang sama berbahagia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, sebab atas berkat rahmat dan hidayahnyalah sehingga kita dapat hadir bersama di tempat ini. Salam serta shalawat senantiasa tercurah kepada junjungan tercinta nabiyullah Muhammad SAW, sebagai uswatun hasanah sekaligus rahmatan lil alamin.
Hadirin yang saya hormati!
Pada kesempatan kali ini,  izinkanlah saya membawakan sebuah pidato dengan judul “Kerjasama Menyelamatkan Indonesia dari Narkoba”. Saya mengangkat judul ini atas rasa prihatin dan cita-cita untuk melihat Indonesia dan generasinya beberapa tahun ke depan bebas dari narkoba dan menjadi percontohan International sebagai Negara bebas narkoba.
Saya tidak perlu membahas terlalu banyak mengenai pengertian Narkoba karena saya tahu hampir semua orang telah mengetahui pengertian dari Narkoba yaitu narkotika dan obat-obatan berbahaya yang dapat merusak fungsi sistem saraf. Ektasi, kokain, kafein, Sabu-sabu ganja dan beberapa obat terlarang lainnya tentu kita tahu. Namun yang perlu menjadi titik utama dalam pidato saya kali ini yaitu mengenai upaya prepentif dan komprehensif untuk menanggulangi penyalahgunaan dan peredaan gelap narkoba. Karena di era sekarang ini banyak orang pintar mengerti narkoba, tahu jenis-jenisnya tapi tidak menjauhi narkoba. Jangan sampai hal ini disamakan dengan label peringatan dalam kemasan rokok yang menjadi hiasan belaka. Karena sekali kita mencoba narkoba maka sekali itu akan membuat kita ketagihan dan akhinya hancur.
Hadirin yang saya hormati!
Dalam hukum Internasional, lembaga United Nations Office on Drugs and Crime(UNODC) yang menangani masalah Narkoba dan Kriminal,  berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara jelas menyatakan bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan salah satu kejahatan yang menghambat pembangunan secara Global. Tindak pidana ini juga tentu menghambat program pembangunan Millenium (MDGs) yang hendak dicapai 2015 mendatang. Bahkan untuk kejahatan ini, PBB selama 29 tahun telah mengadakan konferensi anti narkotika terbesar. Pada tanggal 12 Juni lalu mengadakan konferensi internasional anti narkotika  di Bali International Convention Center (BICC) dengan nama International Drugs Enforcement Conference (IDEC)  yang menghadirkan 305 orang penegak hukum anti narkoba dari 79 negara. Konferensi ini telah berlangsung selama 29 tahun (Humas BNN, Drugs Education and Drugs Information). Narkoba merupakan transnational crime atau tindak kejahatan transnasional yang melibatkan dunia Internasional sehingga Negara-negara di dunia melakukan kerjasama untuk memberantasnya melalui pertukaran data dan informasi, peningkatan Sumber Daya Manusia dan pelatihan.


Hadirin yang saya hormati!
Tidak hanya dalam hukum International, secara nasional kita diatur oleh Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dan beberapa aturan sebelumnya yaitu  UU No. 9 tahun 1997,  lalu UU No. 22 Tahun 1997 dan UU No. 5 tahun 1997 tentang Narkotika dan psikotropika.
Saya juga akan mengungkap data tindak penyalahgunaan  narkoba yaitu diantaranya, menurut Direktur Eksekutif Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), Yury Fedotov “Heroin, kokain dan narkoba lainnya terus membunuh sekitar 200.000 orang setiap tahunnya, memecah-belah keluarga dan membawa penderitaan, rasa tidak aman dan penyebaran HIV kepada orang lain,” dan  Sekretaris-Jenderal  UNODC PBB, Ban Ki-moon, mengatakan bahwa narkoba dan kriminalitas mengancam beberapa tujuan paling penting bagi dunia: memastikan pembangunan berkelanjutan di tingkat global. Sedangkan di Indonesia Sendiri, Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) mencatat sebanyak lima juta jiwa menjadi pengguna dan pencandu Narkoba di Indonesia pada tahun 2012, ini menujukkan peningkatan dibanding tahun 2011 lalu yang hanya sekitar 3,3 juta jiwa. 
Tidak hanya itu, di tingkat regional, Berdasarkan pengungkapan kasus penyalahgunaan narkoba di Sulawesi Selatan oleh POLDA Sulselbar, sudah hampir semua kabupaten/kota dapat ditemukan. Berkaitan dengan data pengungkapan kasus tersebut, dapat ditentukan kerawanan daerah penyebaran dan penyalahgunaan narkoba. Kabupaten/kota yang paling rawan yaitu Kota Makassar, kemudian Kota Pare-pare, Kab. Maros, Kab. Sidrap, Kab. Bone dan Kab. Pinrang (Dinas Kesehatan Prop.Sulawesi-Selatan).
Dari data tersebut, sudah sepatutnya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia menjadi salah satu penggerak untuk memberantas tindak penyalahgunaan dan penyebaran gelap narkoba. Dunia internasional telah bekerjasama dan kerjasama itu akan sulit terwujud jika masyarakat kita tidak memahami tentang bahaya narkoba.
Hadirin yang saya hormati,
Kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu bertahan hidup dan menyelamatkan generasi bangsa dari bahaya  narkoba atau ikut menjadi korban keganasan narkoba. Dan hanya dua pilihan untuk orang yang berani mencoba narkoba yaitu sekarat di rumah sakit atau langsung ke liang lahat. Anekdotnya adalah kebanyakan korban meninggal di rumah sakit bukan pengguna narkoba karena pengguna narkoba belum sempat dirawat di rumah sakit mereka sudah meninggal. Lalu apa upaya yang dapat kita lakukan? Hmm!. yang perlu kita lakukan adalah upayakan sesuatu yang dimulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan lakukan mulai sekarang. Lingkungan keluarga yang menjadi pondasi utama dalam hal ini, karena disitulah anak-anak mulai membangun karakternya. Lalu yang kedua adalah lingkungan sekolah sebagai tempat generasi Indonesia belajar, berikutnya adalah lingkungan masyarakat yaitu dengan melaksanakan kegiatan seperti ini, lalu secara nasional melalui beberapa lembaga seperti Bea Cukai yang mengawasi di bandara/pelabuhan , Badan Narkotika Nasional dan Kepolisian Republik Indonesia dan yang terakhir yaitu Dunia Internasional melalui lembaga UNODC yang dinaungi PBB dan konferensi semacam IDEC.


Hadirin yang saya hormati.
Saya ingatkan sekali lagi bahwa jangan sekali-kali untuk mencoba narkoba karena selain merusak diri sendiri, ini akan merusak orang lain serta merusak eksistensi republik ini. Tidak hanya itu, dengan mencoba narkoba berarti kita telah melanggar peraturan Negara kita yaitu UU yang berdasar pada ideologi pancasila dan juga melanggar peraturan Internasional yang diatur oleh UNODC PBB. Berapa lagi generasi kita yang harus hancur karena narkoba? Sampai kapan kita mau berubah…? Apakah kita tega melihat 200.000 orang pertahun meregang nyawa karena narkoba? Lalu apakah kita hanya tinggal diam?. Intinya adalah penyalahgunaan narkoba tidak memiliki nilai positif sama sekali melainkan hanya menciptakan kerusakan atau dampak negatif, kerugian bagi diri sendiri, merugikan Negara milayaran hingga triliunan rupiah dan menghambat pembangunan secara global. Sehingga hal tersebut dapat dikategorikan sebagai Extra ordinary crime atau kejahatan luas biasa.
Mari kita bekerjasama memberantas narkoba karena titik utama dan senjata utama untuk melawan narkoba adalah kerjasama kita semua. Bahkan perlu diketahui, di Teheran-Iran, bulan Oktober lalu menghukum gantung 10 narapidana narkoba, Amnesty International yang berbasis di London-Inggris melaporkan bahwa Iran telah melakukan eksekusi mati terhadap 344 orang sepanjang tahun 2012 ini, yang sebagian besar merupakan narapidana Narkoba (DetikNews.com). Namun, negara  kita tidak perlu melakukan hal tersebut karena melanggar HAM dan dikecam oleh PBB, Amnesty International,. Untuk teman-teman calon generasi pelurus Indonesia, jangan pernah mencoba narkoba karena narkoba akan merusak masa depan kita , akan membuyarkan mimpi-mimpi kita dan tentu mengecewakan orang tua kita, mari kita jadikan kebebasan Anak Indonesia dari narkoba sebagai kado ulang tahun terindah untuk Malaikat dari Tuhan yaitu Ibu kita semua…ibu Indonesia, selamat hari Ibu  tahun 2012. Dan untuk ibu dan bapak,…terus berikan perhatian dan nasehat untuk anak-anak kita di rumah agar menghindari hal-hal yang dapat merusak karakter anak bangsa.
Hidup Indonesia anti narkoba….!
Hadirin yang hormati,
Demikian pidato saya kali ini, atas perhatian bapak/ibu dan teman-teman, saya haturkan terima kasih, saya berharap acara seperti ini tidak sekedar kompetisi belaka tetapi juga sebagai media kita bersama untuk saling mengingatkan. Saya juga berharap yang hadir pada hari ini dapat menjadi penyambung lidah untuk saudara-saudara kita di luar sana agar  kita bersama-sama melawan narkoba.
Apabila ada kebenaran dalam pidato saya itu semata-mata adalah kebenaran dari Tuhan dan apabila ada kekurangan, itu semata-mata adalah kekurangan saya sebagai manusia biasa jadi sekiranya mohon dimaafkan.
 Hadanallahu waaiyyakum ajmain,  Wassalamu’alaikum wr.wb

Read More …


Kisah nun jauh dari Perbatasan Indonesia dan Malaysia……
Di Perbatasan, Aku Masih Bangga
Karya : Raniansyah

    Tetes-tetes embun masih basah di atas dedaunan, ayam pun berkokok bersahutan dan azan di Masjid berkumandang. Pagi itu semua nampak cerah, tak ada yang berbeda dari biasanya. Rani seorang anak SMP yang selalu nampak sederhana pagi itu kembali bersiap untuk menuju ke sekolahnya yang terletak tak jauh dari rumahnya di perbatasan negeri Jiran Malaysia dan Indonesia. Rumahnya yang terbuat dari bambu nampak tertata dengan tanaman-tanaman hias di halamannya.
    “ Bu...aku berangkat sekolah dulu yah, Assalamu’alaikum,” teriak Rani sambil berlari dengan ransel kecil di punggungnya.
    “ Iya nak...hati-hati “ jawab seorang ibu yang mengenakan daster dari pintu rumah yang sederhana itu. Ibu itu adalah Bu Nita, bunda Rani.
    Rani melangkahkan kaki perlahan memasuki sebuah sekolah yang juga begitu sederhana, dindingnya dari papan dan pagarnya pun masih pagar bambu, sekolah yang berdiri sejak zaman Belanda itu masih bertahan hingga kini, walaupun beberapa bagian bangunan nampak begitu rapuh dan tak layak pakai, halamannya pun begitu sempit. Memasuki ruang kelasnya, Rani di sambut dengan senyuman hangat dari kawan-kawannya. Ruangan kelas yang begitu sederhana namun dihuni oleh anak-anak yang semangat belajarnya luar biasa. Mereka adalah anak-anak yang tak pernah memandang tempat untuk dapat belajar dengan giat.
    “ Ran, gimana PRmu udah kelar nggak?” tanya Alim, teman sebangku Rani
    “ Yah..udah dong, kamu gimana?,“ jawab Rani sambil bertanya balik
    “ Yah udah juga, tapi supaya asik kita diskusiin bersama biar lebih paham dan lebih ngerti !!” 
    “ Yupz...okedeh,” jawab Rani lagi
 Tiba-tiba seorang anak dari luar kelas berlari masuk ke kelas dan berteriak kegirangan. Dia adalah Fajri seorang siswa yang paling cerewet di kelas.
    “Eh...hari ini kita nggak belajar soalnya bu Guru lagi sakit, yes...horeee...” teriak Fajri kegirangan.
    “Eh...jangan begitu, walaupun guru kita nggak datang kita juga harus belajar. Kan kalau kita belajar kita sendiri yang bakal dapat manfaatnya” tegur Sita, seorang siswi yang dikenal rajin dan sabar.
    “Iya...betul yang dikatakan Sita, Fajri..., lebih baik kita bahas bersama nih PR biar nanti kalau ulangan kita ngerti cara kerjanya,“ tambah Rani.
    “ Iya..iya...aku ngalah deh, yuk teman-teman kita belajar bareng,” kata Fajri sambil mengajak teman-temannya.
    Hari itu suasana kelas nampak tenang, walaupun guru mereka tidak sempat hadir karena sakit, mereka tetap belajar dan mengerjakan soal-soal bersama. Itulah yang membedakan mereka dengan siswa dari sekolah lain, walaupun sederhana mereka selalu istimewah di mata orang banyak, sekolah yang sederhana itu telah meraih banyak prestasi walaupun terletak begitu jauh dari pusat negeri dan kurang mendapat perhatian, sekolah mereka sebenarnya telah lama direncanakan untuk renovasi namun entah kenapa renovasi tersebut tidak berjalan. Guru-guru di sekolah itupun terbatas  sehingga kalau tidak ada guru mereka harus belajar sendiri. Anak-anak yang begitu tegar dan semangat belajar walau dengan fasilitas yang begitu sederhana, yang membuat mereka luar biasa adalah keistimewaan mereka yang lahir dari kesederhanaan.
    Hari itu, mereka berhasil mengerjakan beberapa soal dan tak terasa bel pulang pun berbunyi. Nampak siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing mendengar bel waktu pulang telah berbunyi. Rani, Fajri, dan Sita berjalan beriringan untuk pulang ke rumah karena rumah mereka saling berdekatan.
Pada suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah, mereka berpapasangan dengan sekelompok anak berpakaian rapi dengan seragam sekolah yang begitu bagus, pada dasi anak-anak itu terdapat gambar bendera negara Malaysia.
    “ Hei..kalian, anak Indonesia....sekolah kalian yang itu?,” kata anak itu dengan logat khasnya, sambil menunjuk sekolah Rani.
    “Iyaa...kenapa?,” jawab Rani.
    “ Sekolah kalian kumuh sekali, dindingnya dari papan, pagarnya dari bambu, pekarangannya sempit....,” kata seorang anak negara tetangga itu
    “memangnya kenapa kalau kumuh, yang penting kan kami masih bisa belajar” kata  Fajri.
    “ Lihat tuh sekolah kami bagus, dindingnya berubin, pekarangannya luas, lapangan olahraganya banyak, kalian itu orang Indonesia memang kuno yah...benar aja kisah jualan otak kalau otak kalian paling mahal karena jarang di pakai, peninggalan Belanda aja masih dipertahankan, nggak punya uang yah tuk renovasi?, “ kata anak itu dengan nada mengejek
    “ tapi kami bangga jadi orang Indonesia, negara kami punya banyak pulau, negara kami luas, budayanya banyak, sukunya banyak dan kami tetap satu “ kata Rani.
    “ Iya...kami juga bukan orang bodoh, cerita jualan otak itu cuman omong kosong belaka. Lihat kami, setiap Olimpiade Sains Internasional kami selalu tampil sebagai juara. Nah ! kami tidak bodoh kan,” tambah Fajri
    “ Tapi bagemanapun...negara kalian miskin, maunya selalu fasilitas gratis, email kalian pasti gratis kan?,” sanggah anak itu lagi
    “ Alhamdulillah kami diberi fasilitas email gratis, daripada email berbayar...kan uangnya bisa untuk bantu rakyat,” sanggah Sita yang dari tadi antusias menyaksikan pembicaraan.
    “ Ah...kalian itu,” kata anak itu sambil tersipu malu
    “Daripada kita saling berdebat gini, gimana kalau kita berteman aja...sebagai warga dunia kita juga harus bersatu dong,” kata Rani lagi.
    “Ah..bener tuh, kita juga salah... kenapa menghina mereka padahal kan kita ini tetangga, walaupun beda negara yah..kita harus bersatu dan saling menghargai” sahut seorang anak dari negara tetangga yang dari tadi juga terdiam   
    “ setiap negara memiliki kelebihan masing-masing jadi kita harus saling menghargai sebagai upaya kita mewujudkan perdamaian dunia,” kata Sita menjelaskan.
    Mereka menyadari bahwa setiap negara masing-masing memiliki kekhasan, tidak ada yang boleh menganggap diri lebih baik dari orang atau negara lain, mereka kini mengerti arti sebuah perdamaian dan kebersamaan.
    “Eh aku pernah membaca kalau kalian punya menara petronas yah, yang merupakan menara kembar tertinggi di dunia, bagus banget tuh !,” kata Rani lagi.
    “Iya, aku pernah jalan-jalan kesana,” kata seorang anak Malaysia menanggapi perkataan Rani.
    “ tapi kalian juga bagus loh..., di Indonesia ada Pantai Kuta, wisatawan Asing sudah tidak asing dengan yang namanya pantai Kuta, kalian juga punya Monas yang di dalamnya terdapat peninggalan-peninggalan para founding father kalian. Aku juga pernah baca artikel tentang presiden pertama kalian yang namanya bapak Bung Karno, katanya beliau merupakan salah satu orang paling pandai berbicara di Dunia, kalian pasti Bangga jadi anak Indonesia,” kata seorang anak Malaysia memuji Indonesia.
    “Ah...bisa aja.., kamu. kami memang selalu bangga menjadi warga negara Indonesia,” kata Fajri sambil tersenyum.
    Mereka pun bersalaman waktu itu, perbatasan antara negara mereka tidak menjadi penghalang mereka untuk berteman, semenjak saat itu, anak-anak dari negara tetangga selalu baik kepada Rani dan teman-temannya, bahkan mereka yang sebelumnya serba mewah semenjak mengenal Rani dan kawan-kawannya yang sederhana, mereka berubah penampilan juga menjadi anak yang sederhana, anak-anak ini akhirnya bersahabat.
    Beberapa hari kemudian, mereka kembali bertemu di jalan dekat perbatasan
    “ Hi..kawan-kawan....tunggu...” teriak seorang anak Malaysia sambil berlari menghampiri Rani, Fajri dan Sita.
    “Eh...kenapa?, tenang dulu..tenang...” kata Rani
    “ Kemarin malam aku nonton TV terus aku lihat berita Internasional, katanya besok negara kalian merayakan hari Pendidikan Nasional yah?” kata Anak Malaysia itu dengan nafas terengah-engah
    “ Iya bener....,terus?,” jawab Sita
    “ Yang lebih heboh lagi, sekolah kalian masuk sekolah berprestasi skala Nasional, dan katanya tanggal 25 Mei, sekolah kalian akan resmi direnovasi, rancangan bangunannya bagus  banget” kata anak Malaysia itu menjelaskan.
    “Yes....horee..horee,” teriak Rani dan kawan-kawannya sambil melompat kegirangan
    “ Wetss....tunggu dulu, aku punya satu pertanyaan?, kalau kalian bisa jawab berarti sekolah kalian memang pantas direnovasi, apa semboyan pendidikan kalian yang diucapkan oleh bapak Ki Hajar, hayooo...apa hayoo?” tanya anak Malaysia.
    “Aku tahu..aku tahu....pasti ing ngarso sontoloyoh” kata Fajri dengan wajah begitu yakin
    “Salah...,yang bener itu ing ngarso suntulodo, ing madya mangun kerso, tut wuri handayani” kata Sita membenarkan jawaban Fajri.
    “Terus artinya apa?,” tanya anak Malaysia lagi
    “Artinya adalah yang di depan memberi contoh atau teladan, yang di tengah terus berkarya dan yang di belakang mengikuti,” jawab Rani penuh rasa yakin.
    “Wah...kalian hebat...sekolah kalian memang pantas direnovasi,” kata anak Malaysia itu memuji.
    Hari itu Rani dan kawan-kawannya benar-benar merasa senang karena akhirnya sekolah mereka akan direnovasi. Tidak hanya itu, mereka menemukan teman baik dari negara tetangga. Tidak sia-sia usaha mereka selama ini untuk belajar, mereka juga kini semakin mengerti tentang semangat perdamaian dan kebersamaan serta mereka pun semakin yakin kalau mereka adalah orang yang beruntung bisa menjadi anak Indonesia karena ternyata Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kelebihan. Indonesia memiliki kelebihan, negara tetangga pun memiliki kelebihan, semua negara memiliki kelebihan jadi harus saling menghargai demi terwujudnya perdamaian dan harmonisasi Dunia.


SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Read More …